Profil Desa Binangun
Ketahui informasi secara rinci Desa Binangun mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Binangun, Watumalang, Wonosobo. Mengungkap potensi agraris dengan komoditas unggulan salak pondoh dan kayu albasia, serta denyut kehidupan sosial-budaya masyarakat yang religius dan memegang teguh tradisi di dataran tinggi.
-
Pilar Ekonomi Ganda
Perekonomian desa ditopang secara seimbang oleh dua komoditas utama, yaitu Salak Pondoh untuk pendapatan jangka pendek dan investasi kayu Albasia untuk jangka panjang.
-
Masyarakat Religius dan Berbudaya
Kehidupan sosial sangat diwarnai oleh nilai-nilai keagamaan yang kuat dan pelestarian seni tradisional seperti Rebana dan Kuda Kepang sebagai bagian dari identitas komunal.
-
Lokasi Strategis di Perlintasan
Berada di jalur yang menghubungkan beberapa desa, Binangun memiliki potensi sebagai titik simpul ekonomi dan sosial di wilayah sekitarnya.
Desa Binangun, yang terhampar di Kecamatan Watumalang, Kabupaten Wonosobo, merupakan representasi dari sebuah desa agraris yang dinamis dan berdaya. Terletak di ketinggian dengan anugerah tanah yang subur, desa ini menjadi kanvas bagi geliat pertanian yang menjadi napas kehidupan warganya. Dengan cerdas, masyarakatnya tidak hanya bergantung pada satu jenis komoditas, melainkan membangun fondasi ekonomi yang kokoh melalui simbiosis antara perkebunan Salak Pondoh sebagai sumber pendapatan rutin dan investasi kayu Albasia sebagai tabungan masa depan. Di tengah aktivitas ekonomi yang padat, denyut kehidupan sosial-budaya yang religius dan penuh tradisi terus berdetak kencang, menciptakan harmoni yang khas di lereng pegunungan Wonosobo.
Geografi Wilayah dan Potret Demografi
Secara geografis, Desa Binangun menempati area seluas 3,46 kilometer persegi (346 hektar), menjadikannya salah satu desa dengan wilayah cukup luas di Kecamatan Watumalang. Kontur tanahnya bervariasi dari landai hingga berbukit, sebuah ciri khas topografi dataran tinggi Wonosobo yang memungkinkan beragam aktivitas pertanian. Letaknya yang strategis diapit oleh beberapa desa lain. Di sebelah utara, wilayahnya berbatasan dengan Desa Krinjing. Sebelah timur berbatasan langsung dengan Desa Lumajang dan Desa Watumalang. Sementara itu, batas sebelah selatan ialah Desa Mutisari dan di sebelah barat berbatasan dengan wilayah Kecamatan Mojotengah.Berdasarkan catatan kependudukan terakhir, Desa Binangun dihuni oleh 4.498 jiwa. Dengan luas wilayah 3,46 kilometer persegi, kepadatan penduduk desa ini mencapai sekitar 1.300 jiwa per kilometer persegi. Angka ini menunjukkan tingkat hunian yang cukup padat, dengan pemukiman warga yang terkonsentrasi di beberapa dusun. Sebagian besar penduduk berada dalam usia produktif dan menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian, perkebunan, dan kehutanan rakyat. Komposisi demografi ini menjadi modal utama sekaligus tantangan dalam perencanaan pembangunan desa yang berkelanjutan.
Tata Kelola Pemerintahan Desa
Pemerintahan Desa Binangun diselenggarakan oleh seorang Kepala Desa yang dibantu oleh jajaran perangkat desa, meliputi sekretaris, kepala urusan (kaur), dan kepala dusun (kadus). Lembaga ini berfungsi sebagai motor penggerak administrasi, pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat. Proses perencanaan pembangunan dilakukan secara partisipatif melalui Musyawarah Desa (Musdes) dan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbangdes), di mana warga diberi ruang untuk menyampaikan aspirasi dan kebutuhannya.Visi pembangunan desa diarahkan untuk mewujudkan “Binangun yang Maju, Mandiri, dan Sejahtera Berlandaskan Nilai-Nilai Religius”. Fokus utamanya tertuju pada tiga pilar: peningkatan produktivitas pertanian melalui inovasi dan teknologi, perbaikan infrastruktur dasar untuk menunjang konektivitas dan aktivitas ekonomi, serta penguatan sumber daya manusia melalui pendidikan formal dan non-formal. "Kami terus berupaya agar setiap alokasi anggaran, terutama dari Dana Desa, dapat tepat sasaran dan memberikan dampak nyata bagi peningkatan kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat," tegas seorang pejabat desa.
Pilar Ekonomi: Duet Salak Pondoh dan Kayu Albasia
Struktur perekonomian Desa Binangun berdiri kokoh di atas dua pilar utama, yaitu Salak Pondoh dan kayu Albasia. Salak Pondoh menjadi mesin penghasil pendapatan jangka pendek hingga menengah. Perkebunan salak tersebar luas di hampir seluruh wilayah desa, dikelola baik secara individu maupun kelompok. Rasa buahnya yang manis dan renyah menjadikan salak dari Binangun memiliki daya saing yang baik di pasar regional. Siklus panen yang bisa berlangsung beberapa kali dalam setahun membuat perputaran ekonomi di sektor ini sangat dinamis, memberikan pendapatan rutin bagi ribuan keluarga petani.Sementara itu, kayu Albasia (Sengon) berfungsi sebagai pilar ekonomi jangka panjang atau investasi. Pola tanamnya sering kali bersifat tumpangsari, di mana pohon albasia ditanam di antara kebun salak atau di lahan-lahan yang kurang produktif untuk tanaman pangan. Pohon ini dapat dipanen dalam kurun waktu 5-7 tahun dan hasilnya digunakan untuk kebutuhan besar seperti membangun rumah, biaya pendidikan tinggi, atau modal usaha. Kombinasi cerdas antara komoditas jangka pendek dan jangka panjang ini menciptakan sebuah model ketahanan ekonomi yang tangguh dan berkelanjutan bagi masyarakat Desa Binangun. Selain dua komoditas tersebut, sebagian warga juga menanam sayuran dan beternak kambing sebagai sumber pendapatan tambahan.
Kehidupan Sosial-Budaya yang Religius
Kehidupan sosial masyarakat Desa Binangun sangat kental dengan nuansa religius. Mayoritas penduduknya merupakan pemeluk agama Islam yang taat, menjadikan masjid dan mushala sebagai pusat kegiatan komunal. Selain untuk ibadah, tempat-tempat ini juga menjadi pusat pendidikan Al-Qur`an bagi anak-anak, majelis taklim bagi ibu-ibu, dan forum silaturahmi antarwarga. Semangat gotong royong dan tolong-menolong masih menjadi nilai yang dijunjung tinggi, tercermin dalam berbagai aktivitas bersama seperti kerja bakti membersihkan lingkungan atau membantu warga yang sedang mengadakan hajatan.Di bidang kebudayaan, masyarakat Desa Binangun aktif melestarikan beberapa kesenian tradisional. Grup Rebana atau hadrah sangat menjamur di kalangan pemuda dan bapak-bapak, sering kali tampil dalam acara-acara keagamaan seperti Maulid Nabi atau perayaan hari besar Islam lainnya. Selain itu, kesenian Kuda Kepang (juga dikenal sebagai Jaran Kepang atau Kuda Lumping) juga masih eksis dan sesekali dipentaskan, menjadi atraksi budaya yang menarik bagi warga. Upaya pelestarian seni ini menjadi cara masyarakat untuk menjaga identitas lokal di tengah gempuran budaya modern.
Infrastruktur dan Aksesibilitas Desa
Pembangunan infrastruktur terus menjadi perhatian utama pemerintah desa untuk mendukung mobilitas dan perekonomian. Jalan poros desa yang menghubungkan Binangun dengan pusat kecamatan dan desa-desa tetangga telah dalam kondisi beraspal dan dapat dilalui dengan lancar. Pemerintah desa secara bertahap juga terus melakukan perbaikan dan pengerasan jalan-jalan lingkungan serta jalan usaha tani untuk mempermudah akses warga ke kebun dan lahan pertanian.Seluruh wilayah desa telah terjangkau oleh jaringan listrik PLN. Untuk kebutuhan air bersih, warga memanfaatkan sumber mata air pegunungan yang dikelola secara komunal dan melalui program PAMSIMAS, yang menjamin ketersediaan air bersih yang layak. Fasilitas umum seperti Sekolah Dasar (SD), Madrasah Diniyah, dan Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) juga tersedia untuk melayani kebutuhan dasar warga di bidang pendidikan dan kesehatan. Jaringan telekomunikasi seluler telah mencakup seluruh area, mempermudah komunikasi dan akses informasi bagi masyarakat.
Prospek dan Tantangan di Masa Depan
Menghadapi masa depan, Desa Binangun memiliki prospek yang menjanjikan namun juga dihadapkan pada sejumlah tantangan. Potensi terbesar terletak pada optimalisasi rantai pasok komoditas unggulannya. Pengembangan industri pengolahan pascapanen, seperti pembuatan keripik salak, dodol, atau produk olahan kayu sederhana, dapat memberikan nilai tambah signifikan dan menyerap tenaga kerja lokal. Selain itu, potensi agrowisata berbasis kebun salak juga bisa menjadi alternatif diversifikasi ekonomi yang menarik.Namun tantangan yang perlu diantisipasi meliputi fluktuasi harga komoditas pertanian di pasaran, dampak perubahan iklim terhadap pola panen, serta regenerasi petani. Menurunnya minat generasi muda untuk bekerja di sektor pertanian menjadi isu serius yang memerlukan solusi inovatif, seperti pengenalan teknologi pertanian modern (smart farming) dan penciptaan citra bahwa profesi petani itu keren dan menguntungkan. Dengan pengelolaan potensi yang baik, penguatan sumber daya manusia, dan inovasi yang berkelanjutan, Desa Binangun optimis dapat terus tumbuh menjadi desa yang maju dan sejahtera.